Kamis, 28 Januari 2016

Payung Teduh: “Malam” dan 6 Kata Lain yang Sering Terdengar di Lagunya

Psikosinema Festival 6
Psikosinema Festival 6
Seniman biasanya memiliki kecenderungan yang tersirat di karya-karyanya. Kecenderungan yang dimaksud bisa berupa gaya, tema, aliran, ataupun wacana. Nah, dari sana, menganalisa karya seniman tentu amatlah mengasyikkan, yang mana untuk kali ini Nyoozee akan mencoba untuk menganalisa Payung Teduh.
Mungkin kalau musiknya orang-orang sudah bisa menebak lah ya, kecenderungannya mereka bagaimana. Tanpa perlu mengklaim genre mereka apa, yang pasti musik-musiknya Payung Teduh itu terbangun kuat oleh Is di vokal dan gitar, Comi di kontra bas, Cito di drum, dan Ivan di guitalele.
Lalu bagaimana cara menganalisanya? Dari berbagai cara yang ada, Nyoozee memilih untuk menelaah kata-kata yang terdapat di lirik lagunya Payung Teduh.
Nyoozee telah mengumpulkan 15 lirik lagu dari Payung Teduh untuk dianalisa. Dari 15 lirik lagu itu, kami mencoba mencari kata apa yang paling sering digunakan oleh Payung Teduh. Akan tetapi tidak semua kata kami taruh, misalnya kata-kata seperti: “yang” (47 kali); “di” (32 kali) ; “tak” (29 kali); ataupun “aku” (28 kali).
Kata-kata itu tidak diikutsertakan, karena tidak terlalu menunjukkan warna dari Payung Teduh itu sendiri. Maka tanpa perlu berpanjang lebar lagi, berikut 7 kata yang sering digunakan oleh Payung Teduh:

1. Malam – 26 kali

(Berdua Saja, Angin Pujaan Hujan, Kucari Kamu, Malam, Resah, Tidurlah, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, Rahasia, Mari Bercerita, Biarkan, Di Ujung Malam)
Ya, ternyata Payung Teduh memang gemar sekali menggunakan kata malam. Untuk beberapa lagu, malam disematkan sebagai suasana syahdu yang mampu membuat insan manusia bercengkrama, misalnya di Mari Bercerita, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, ataupun Berdua Saja. Sedangkan untuk beberapa lagu lain, seperti Di Ujung Malam, Kucari Kamu, dan Rahasia, malam menjadi keadaan yang sunyi dan lekat dengan perenungan.
Tak hanya dijadikan sebagai suasana, malam pun mereka bahas sendiri menjadi satu lagu. Di lagunya yang berjudul Malam, kesan (ataupun pesan) yang penulis tangkap adalah sebuah tanggapan terhadap silaunya malam di kota-kota besar, yang kemudian disandingkan dengan keberadaan matahari, dan manusia.
Singkat kata, banyaknya kata ‘malam’ tidak hanya berakhir sebagai pengisi lirik belaka; melainkan juga sebagai pengantar retorika dan makna.

2. Datang – 13 kali

(Berdua Saja, Angin Pujaan Hujan, Malam, Mari Bercerita)
Disebutkan 13 kali, kata ‘datang’ menjadi kata kerja yang paling sering disebutkan oleh Payung Teduh.
Namun, menariknya, ‘datang’ di dalam lirik Payung Teduh tidaklah merujuk pada apa yang dilakukan subjek di dalam lagunya. Dengan kata lain, datang di sini bukan seperti “aku datang padamu”, atau “siapa suruh datang ke Jakarta.” Namun lebih kepada suatu bentuk penantian, serupa “sang pujaan tak juga datang”, ataupun “biar pagi datang.”
‘Datang’-pun selalu disematkan kepada hal di luar subjek, sehingga pada dasarnya, subjek hanyalah berdiam diri.

via indonesiaindonesia.com

3. Berdua – 11 kali

(Berdua Saja, Resah, Mari Bercerita)
Dari sini, bisa kita pahami mengapa lagu Payung Teduh selalu bisa merepresentasikan pengalaman dua orang.

4. Matahari – 8 kali

(Cerita tentang Gunung dan Laut, Kucari Kamu, Malam, Rahasia, Biarkan)
Selain di lagu Cerita tentang Gunung dan Laut, ‘matahari’ dalam lagu Payung Teduh selalu diposisikan sebagai penutup malam, sekaligus awal dari suatu pagi.
Tentunya, dengan didukung oleh banyaknya ‘malam’, keberadaan ‘matahari’ pun jadi lebih signifikan. Salah satu yang penulis paling suka adalah penggunaan matahari di Rahasia, yakni: “terserah matahari”

5. Pagi – 8 kali

(Tidurlah, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, Mari Bercerita)
Di tengah kuatnya naungan malam, fungsi ‘pagi’ sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ‘matahari’. Pagi lebih sering dimaknai sebagai akhir, ketimbang awal.
Benar-benar sebuah kesyahduan yang jauh dari cengkraman logika orang kantoran.

6. Bulan – 7 kali

(Angin Pujaan Hujan, Rahasia, Biarkan)
Bulan adalah suatu atribut, yang ketika disematkan di dalam lirik, mampu memperkaya imaji kita dalam menghayati malam.
Apalagi bila peletakannya sepuitis ini: “harum mawar membunuh bulan” atau “biarkan bulan berjalan tunduk menyambut senyuman matahari”

7. Harum – 7 kali

(Menuju Senja & Rahasia)
Cuma ada di dua lagu sih, tapi tetap saja, dua kata ini cukup menggugah karena memantik pemaknaan olfaktori kita.

Nah, kira-kira begitu lah kekhasan Payung Teduh yang tersirat dalam lirik-liriknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar