Para
pengguna vespa baik yang tergabung dalam komunitas ataupun non
komunitas memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini terbukti dengan
seringnya mereka menolong sesama pengguna vespa di jalan, seringnya
mereka berkumpul, menolong sesama pengguna vespa yang mendapat musibah
meskipun belum mengenalnya, sikap mereka saat menyapa pengguna vespa
lain.
Kebersamaan
dan interaksi yang baik diantara vespa membuat terjalinnya hubungan
baik diantara satu sama lain. Tanpa harus diminta bahkan dipaksa
komunitas vespa maupun pencinta vespa telah terbiasa dengan solidaritas.
Rasa solidaritas tersebut telah muncul dari setiap individu
masing-masing, walaupun tidak semua terikat kedalam satu komunitas yang
sama.
Semua
bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di Yogyakarta
tersebut di latarbelakangi beberapa faktor baik intern yaitu rasa senang
dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri. Ataupun faktor
ekstern yaitu adanya slogan – slogan dan motto dari pengguna vespa yang
memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka.
Semua
bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di Yogyakarta
tersebut di latarbelakangi beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Faktor intern yaitu rasa senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri.
Perasaan senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespanya dapat
terlihat pada cara mereka merawat vespanya. Meskipun sudah berumur
puluhan tahun, namun vespa tetap dijaga dan dirawat. Banyak diantara
mereka yang memodifikasi espa mereka menjadi lebih bagus dan indah. Ada
pula yang memodifikasi vespa mereka menjadi vespa gembel dengan di modif
panjang dan diberi aksessoris seperti barang rongsokan, tempat duduk di
samping, diberi hiasan pohon kering, dan sebagainya sehingga membuat
vespa tersebut terlihat kumuh dan kotor (terkesan “gembel”).
Kecintaan
mereka terhadap vespa juga ditunjukan dengan menggunakan vespa kemana
pun ia pergi walaupun sering bermasalah di jalan dan menghabiskan banyak
biaya untuk merawatnya, mereka masih saja menggunakan vespa tersebut.
Mereka terlihat bangga memiliki vespa sehingga muncul semboyan unik
“jangan ngaku kaya kalau belum punya vespa”. Disisi lain, faktor intern yang melatarbelakangi rasa solidaritas diantara sesama pengguna vespa adalah kesadaran mereka sebagai makhluk sosial, komunitas vespa mengakui keberadaannya sebagai mahkluk yang terlahir hidup dengan bantuan orang lain
dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. oleh karena itu mereka
menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan tolong menolong khususnya
diantara sesama pengguna vespa. Dalam hal ini, rasa solidaritas antara
pengguna vespa semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam mengendarai
vespa. Mereka sama-sama mengetahui bagaimana suka dukanya memiliki
vespa sehingga jika melihat pengguna vespa lain yang mengalami kesulitan
maka mereka secara spontan akan terpanggil untuk menolongnya.
Adapun
faktor ekstern yaitu adanya slogan – slogan dan motto dari pengguna
vespa yang memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka. Motto dan slogan tersebut antara lain:
a. Adanya slogan “semua vespa itu bersaudara”.
Maksudnya
semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara, entah berasal
dari keluarga kaya atau miskin, berasal dari daerah mana pun dari sabang
sampai merauke, tanpa memandang perbedaan usia, jenis kelamin, warna
kulit, penampilan, pendidikan, bahasa, ras, suku, dan sebagainya,
asalkan memiliki vespa maka dianggap sebagai saudara. Dengan dianggap
sebagai saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang
lainya akan membantu. Dengan berlandaskan itulah semua pengguna vespa
merasa aman menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Berikut bukti adanya rasa solidaritas dalam komunitas vespa, surat tersebut menunjukan tingginya rasa solidaritas.
b. Mereka memiliki sebuah motto yaitu “nanem”
Maksudnya
mereka percaya bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan sekarang akan
dibalas dikemudian hari. Oleh karena itu, dimana pun mereka berada,
mereka selalu menerapkan prinsip tersebut. Mereka juga percaya bahwa
jika mereka menolong orang lain, maka suatu saat nanti mereka pasti akan
ditolong juga ketika mendapatkan kesulitan. Salah satu narasumber yang
bernama Aries menceritakan bahwa ia pernah menolong pengguna vespa asal
banyuwangi di jalan saat vespanya mogok. Ia tidak mengenal orang itu
sebelumnya, namun ia tetap menolong hingga vespanya dapat digunakan
kembali. Tanpa disangka, suatu hari ketika Aries melakukan touring ke
banyuwangi, dia bertemu dengan orang yang pernah ditolongnya dulu dan
membantu Aries memberi tempat untuk menginap dan dijamu selama berada di
Banyuwangi. Itu adalah salah satu pengalaman yang beliau miliki.
c. Jargon “Satu jalan satu tujuan satu kata bersatu tanpa ada perbedaan”.
Semua
pengguna vespa di manapun berada adalah sama, sehingga diantara sesama
pengguna vespa baik dari aliran gembel, klasik, dan lain sebagainya akan
diperlakukan sama tanpa ada diskriminasi. Hal tersebut terlihat ketika
suatu komunitas mengadakan hajatan, semua pengguna vespa di seluruh Indonesia diundang tanpa ada kecuali. Pada saat berangkat ke tempat hajatan pun
mereka bersama-sama, tidak memilih-milih teman. Dalam perjalanan,
mereka tidak segan untuk berbagi makanan, minuman, oli, dan keperluan
lain yang bisa digunakan bersama. Saat
mereka melakukan perjalanan (touring), mereka memiliki satu jalan, satu
tujuan, satu kata, dan mereka pun bersatu tanpa ada perbedaan dan
diskriminasi di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar