Kamis, 28 Januari 2016

(tentang “Resah” karya Payung Teduh)

sepertinya membaca lagu yang asalnya dari puisi, bukan pekerjaan yang menarik bagi umumnya orang–kecuali yang sedang tidak ada kerjaan.
oke, aku mau iseng saja malam ini. mengulas secara sederhana salah satu lagu favorit, yang syairnya puitis. yeah, entah sejak kuliah, selera musikku jadi aneh di antara perkembangan musik lainnya, aneh sendirian. dan suka merenungi sendirian. namun tetap saja, tidak ada perasan terpaksa mengulas karya yang pada awalnya sudah nyambung ke hati sejak pendengaran pertama.
Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
pembukaannya sederhana, tapi sebuah karya bukan soal apa yang membuka dan menutup isinya. dulu kala aku tidak begitu mau mendalamai soal linguistik dan kebahasaan, maka tidak ingin juga membahas karya dalam lingkup EYD dan kelogisan antarkalimat semata. nggak mampu juga. bagiku pada sebuah karya, ada sesuatu yang lebih dalam dan kuat, membangun keseluruhan, dan membuatnya jadi “bermakna” atau bisa saja tidak begitu menyimpan sesuatu hingga menjadi sekadar karya. dalam mode analisis semiotika Barthes, karya mengenal simbol untuk menjelaskan sesuatu di balik cerita secara konseptual. ia populer dengan istilah second order semiotic system.
dari dulu aku terbiasa ngulik soal itu, karena memungkinkan kita minim menghakimi karya sastra, karena fokus analisisnya pada keberagaman dan kreativitas cara pandang. menariknya, kita bakal menemukan beragam reaksi terhadap tanda dalam menganalisis sebuah karya.
seperti halnya bait di atas yang mengatakan tentang seseorang yang ingin berjalan bersama, dalam ‘hujan’ dan ‘gelap’. hujan dan gelap adalah dua istilah yang mengarah pada kondisi yang bukan terang dan jelas. tentunya cuma dilakukan orang memiliki nyali agak gila dalam berharap terhadap sesuatu. tapi sebetulnya, lagu ini membuat kita ingin bertanya mengenai tema besar.
bila itu menceritakan pujaan hati yang dikenalinya, mengapa ia tak dapat melihat matanya? mata bisa diartikan tatapan, pandangan, perspektif, atau sesuatu yang dikenali dari karakter manusia. bisa jadi mata menyiratkan apa yang sesungguhnya akan disampaikan atau dipendam. perspektif adalah dunia manusia, dan kita tahu mengapa manusia menjadi begitu beragam.
yeah, katakanlah ini tentang kekasih. kekasih bersifat universal, ia toh bisa hal yang tak bisa dijabarkan tapi begitu akrab. kekasih bisa saja Tuhan, suami, atau entah yang lainnya. bait yang menyuratkan keinginan berjalan dalam gelap dan hujan buka hal besar bagi mereka yang mau melakukannya demi kekasih. menderita sekalipun.
hm, lagu ini memang edan.
semiotikanya kuat.
Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
nah, bait kedua bahkan lebih tragis lagi. di antara daun gugur, tapi tetap ingin bersama, meskipun kenyataannya hanya melihat resah si kekasih. daun gugur, kalau diarik pada ruang simbol, memang bisa berarti macam-macam, tapi karena dalam hal ini aku yang menulis “kritik”, aku artikan dengan “harapan”. kekasih yang gila memang sampai rela harapannya berguguran untuk tetap bersama, sekalipun yeah, hanya resah yang ia mampu lihat, bukan bagaimana resah itu terjadi. resah bisa jadi kondisi yang misteri bagi si pihak pertama ini. resah dapat sebagai pintu penjabaran bahwa ada juga dalam diri manusia yang tak terjangkau oleh orang lain. resah adalah ketidakterjangkauan. tokoh utama hanya melihat resah milik sang kekasih, tapi dari sana ia menunjukkan bahwa ia tak dapat menggapai kekasihnya itu.
Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini, melayang-layang
Tergoyang angin, menantikan tubuh itu
menunggu dan ditunggu bisa dua hal yang berbeda dalam ranah “cinta”. dan itu memang reailitas. menunggu bisa mempunyai dimensi waktu lebih lama dua kali lipat rasanya dari yang ditunggu. contohnya pada peristiwa menuggu bus. yang antri akan resah pada lamanya waktu berjalan. yang ditunggu akan merasa sudah ngebut total, dan waktu bagi pengendara bus adalah hal yang kejar-kejaran. beda tapi bisa ketemu juga sekalipun tentu ya beda. haha, bingung dengan bahasaku sendiri. tapi “melayang-layang” seperti menyimpan arti sendiri bagi penantian. sebab dalam tema penantian, memang tak ada yang melayang-layang. oke, apa ini artinya? m-e-l-a-y-a-ng.
melayang yang seperti layang-layang adalah simbol keprasahan. melayang bagi layang-layang yang lepas dari talinya bisa jadi nyaris hilang. tapi melayang adalah kondisi antara tidak berpijak di bumi, itulah mengapa hal yang melayang bisa saja berakhir dalam kejatuhan atau dibawa angin hingga sampai pada tangan (tujuan) yang aman. sebab layang-layang bisa jadi simbol ketabahan dan kepasrahan, ia akan pasrah pada si pengendali, atau pemegang benang. apa pun itu, bait ini bercerita tentang penantian. tubuh diartikan jawaban. tempat di mana hal yang melayang-layang tak bertujuan menemukan “akhir”nya. tapi secara universal aku agak aneh dengan arti tubuh sebagai tujuan akhir, tapi dalam arti konseptual, memang istilah tubuh mengungkapkan media/bentuk yang terlihat, dan barangkali pasti. sebab istilah lain dalam syair itu banyak mengandung absurd.
Ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
yang terakhir sama dengan yang dia atas jadi ya tak perlu dibahas ulang, hehe…
sehingga dalam kritik salah satu musikalisasi puisi yang kusuka ini, kesimpulan awalnya bisa jadi penjabaran bertema kekasih…
aku menemukan tiga hal menjadi kuat dalam lirik lagu itu, yaitu: harapan, ketidakterjangkauan, dan penantian yang setia.
yeah, seberapa banyak di antara kita yang mau dan mampu saling berinteraksi dengan bahasa hati terhadap kekasih? bukan dengan bahasa logika…
hm, keren juga sih makna lagunya. semakin lagu bersifat sedehana tapi ambigu, ia semakin mengundang orang untuk mengapresiasikannya. sebetulnya tanpa dibedah maknanya pun, mereka yang tak peduli perihal semiotik akan langsung mengerti bahwa judul “resah” sudah mencakup arti yang tidak jauh berbeda dari ruang pemahaman para pendengarnya. tentunya dalam perspektif yang beragam.
sungguh rasanya jadi ingin menepi ke pojokan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar